ayahku pahlawanku
disini
FERINA PUPUT T
Senin, 29 Oktober 2012
Menjenguk orang sakitBeberapa waktu yang lalu, teman-teman personil n management menjenguk Daru (adik dari salah seorang management Sintesa) dan Om Hardi (Ayah dari salah seorang management Sintesa) . Awalnya, kami janjian kumpul jam 2 di rumah Fikri, tapi dasarnya agak hujan, terus malah pada ngaret deh. Well, akhirnya setelah tujuan awal kami jenguk Dik Daru yang di jalan godean (pasar godean ngidul dikit) terlaksana setelah datangnya Rois yang katanya ngebut dari kampus, setelah mendoakan Daru, kami melanjutkan njenguk Om Hardi. Hampir sangat malam ketika Rois akhirnya sadar bahwa ia sudah mengantuk. Dari arah rumah Om Hardi yang di Muntilan sebenernya gak butuh waktu lama untuk ke Godean dulu dan akhirnya pulang ke rumah masing-masing. Tapi dasarnya Rois emang waktu itu menyetir dengan sotoy, jadilah kepulangan kami agak sedikit nyasar. Setelah “atret” Rois jadi sangat penurut dan mendengar kata-kata navigator handal: Bufe. Akhirnya, dalam perjalanan pulang itu kami mengusahakan banyak hal dengan tujuan agar Rois tidak mengantuk selama menyetir. Usaha – usaha tersebut diantaranya tentang: menceritakan cerita lucu si John, pertanyaan tentang siapa sebenarnya pembuat selokan mataram, dan bagaimana trik menurunkan perempuan manja yang ada dalam mobil sampai menentukan perbedaan cowok pelit dan cowok gak punya duit *yang ternyata tetep aja bikin Rois ngantuk >’’< Sebenarnya, postingan kali ini sekalian ingin berbagi beberapa hal kepada teman-teman tentang keutamaan menjenguk saudara yang sakit, karena memang momentnya pas banget . Let’s cekidot: Menjenguk orang sakit adalah di antara amal shalih yang paling utama yang dapat mendekatkan kita kepada Alloh Subhannahu wa Ta’ala, kepada ampunan, rahmat dan SurgaNya. Mengunjungi orang sakit merupakan perbuatan mulia, di dalamnya terdapat keutamaan yang sangat agung, pahala yang sangat besar dan ia adalah salah satu hak setiap muslim terhadap muslim lainnya. (HR: Muslim). Sesungguhnya menjenguk orang sakit adalah salah satu dari jalan surga. Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Siapa di antara kalian yang berpuasa di pagi ini?” Abu Bakar menjawab, “Saya.” Beliau bertanya, “Siapa di antara kalian yang sudah menjenguk orang sakit hari ini?” Abu Bakar menjawab, “Saya.” Beliau bertanya lagi, “Siapa di antara kalian yang telah menghadiri jenazah di pagi ini?” Abu Bakar menjawab, “Saya.” Beliau bertanya lagi, “Siapa di antara kalian yang telah memberi makan orang miskin di pagi ini? Abu Bakar menjawab, “Saya”. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Tidaklah semua ini terkumpul dalam diri seseorang ekcuali pasti ia masuk surga.” (Dishahihkan oleh Al-Albani dalam al-Silsilah al-Shahihah, no. 88) Sesungguhnya kita tidak tahu amal kita mana yang menjadi sebab utama datangnya rahmat bagi diri kita. Berapa banyak rahmat Allah dilimpahkan kepada seseorang karena amal-amal kecil yang dilaziminya. Karena itulah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Janganlah engkau remehkan kebaikan sekecil apapun itu, walau engkau bertemu saudaramu dengan wajah yang berbinar (menyenangkan).” (HR. Muslim dari Abu Dzar Radhiyallahu ‘Anhu) Semoga tulisan ini menyemangati kita untuk menghidupkan akhlak mulia ini (menjenguk orang sakit) yang banyak diremehkan orang. Berusaha ikhlas dan berharap pahala dari Allah serta apa yang dijanjikan-Nya melalui lisan Nabi-Nya. Karena ikhlash adalah syarat diterimanya amal kebaikan seseorang dan menjadi penyempurna dari apa yang dilakukan. Semoga Allah meringankan langkah kita dalam menghidupkan sunnah Nabi-Nya dan merahmati kita dalam menggapai ridha dan surga-Nya. Wallahu T’ala a’la. So how? Tanyailah sahabat terdekat sahabat Sintesa semua, apabila ia menjawab bahwa ia atau keluarganya sedang ada yang sakit, segera beli duku sekilo, jeruk, apel, atau apapun yang disenanginya dan jenguklah kemudian doakanlah. Selamat berlomba dalam kebaikan. Keep in touch ^-^Beberapa waktu yang lalu, teman-teman personil n management menjenguk Daru (adik dari salah seorang management Sintesa) dan Om Hardi (Ayah dari salah seorang management Sintesa) . Awalnya, kami janjian kumpul jam 2 di rumah Fikri, tapi dasarnya agak hujan, terus malah pada ngaret deh. Well, akhirnya setelah tujuan awal kami jenguk Dik Daru yang di jalan godean (pasar godean ngidul dikit) terlaksana setelah datangnya Rois yang katanya ngebut dari kampus, setelah mendoakan Daru, kami melanjutkan njenguk Om Hardi. Hampir sangat malam ketika Rois akhirnya sadar bahwa ia sudah mengantuk. Dari arah rumah Om Hardi yang di Muntilan sebenernya gak butuh waktu lama untuk ke Godean dulu dan akhirnya pulang ke rumah masing-masing. Tapi dasarnya Rois emang waktu itu menyetir dengan sotoy, jadilah kepulangan kami agak sedikit nyasar. Setelah “atret” Rois jadi sangat penurut dan mendengar kata-kata navigator handal: Bufe. Akhirnya, dalam perjalanan pulang itu kami mengusahakan banyak hal dengan tujuan agar Rois tidak mengantuk selama menyetir. Usaha – usaha tersebut diantaranya tentang: menceritakan cerita lucu si John, pertanyaan tentang siapa sebenarnya pembuat selokan mataram, dan bagaimana trik menurunkan perempuan manja yang ada dalam mobil sampai menentukan perbedaan cowok pelit dan cowok gak punya duit *yang ternyata tetep aja bikin Rois ngantuk >’’< Sebenarnya, postingan kali ini sekalian ingin berbagi beberapa hal kepada teman-teman tentang keutamaan menjenguk saudara yang sakit, karena memang momentnya pas banget . Let’s cekidot: Menjenguk orang sakit adalah di antara amal shalih yang paling utama yang dapat mendekatkan kita kepada Alloh Subhannahu wa Ta’ala, kepada ampunan, rahmat dan SurgaNya. Mengunjungi orang sakit merupakan perbuatan mulia, di dalamnya terdapat keutamaan yang sangat agung, pahala yang sangat besar dan ia adalah salah satu hak setiap muslim terhadap muslim lainnya. (HR: Muslim). Sesungguhnya menjenguk orang sakit adalah salah satu dari jalan surga. Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Siapa di antara kalian yang berpuasa di pagi ini?” Abu Bakar menjawab, “Saya.” Beliau bertanya, “Siapa di antara kalian yang sudah menjenguk orang sakit hari ini?” Abu Bakar menjawab, “Saya.” Beliau bertanya lagi, “Siapa di antara kalian yang telah menghadiri jenazah di pagi ini?” Abu Bakar menjawab, “Saya.” Beliau bertanya lagi, “Siapa di antara kalian yang telah memberi makan orang miskin di pagi ini? Abu Bakar menjawab, “Saya”. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Tidaklah semua ini terkumpul dalam diri seseorang ekcuali pasti ia masuk surga.” (Dishahihkan oleh Al-Albani dalam al-Silsilah al-Shahihah, no. 88) Sesungguhnya kita tidak tahu amal kita mana yang menjadi sebab utama datangnya rahmat bagi diri kita. Berapa banyak rahmat Allah dilimpahkan kepada seseorang karena amal-amal kecil yang dilaziminya. Karena itulah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Janganlah engkau remehkan kebaikan sekecil apapun itu, walau engkau bertemu saudaramu dengan wajah yang berbinar (menyenangkan).” (HR. Muslim dari Abu Dzar Radhiyallahu ‘Anhu) Semoga tulisan ini menyemangati kita untuk menghidupkan akhlak mulia ini (menjenguk orang sakit) yang banyak diremehkan orang. Berusaha ikhlas dan berharap pahala dari Allah serta apa yang dijanjikan-Nya melalui lisan Nabi-Nya. Karena ikhlash adalah syarat diterimanya amal kebaikan seseorang dan menjadi penyempurna dari apa yang dilakukan. Semoga Allah meringankan langkah kita dalam menghidupkan sunnah Nabi-Nya dan merahmati kita dalam menggapai ridha dan surga-Nya. Wallahu T’ala a’la. So how? Tanyailah sahabat terdekat sahabat Sintesa semua, apabila ia menjawab bahwa ia atau keluarganya sedang ada yang sakit, segera beli duku sekilo, jeruk, apel, atau apapun yang disenanginya dan jenguklah kemudian doakanlah. Selamat berlomba dalam kebaikan. Keep in touch ^-^
Beberapa waktu yang lalu, teman-teman satu kelas n wali kels menjenguk pak selamet (bapak dari salah satu temen kita ) . Awalnya, kami janjian kumpul
jam 2 di rumah Fikri, tapi dasarnya agak hujan, terus malah pada ngaret
deh. Well, akhirnya setelah tujuan awal kami jenguk pak selamet yang di
jalan godean (pasar godean ngidul dikit) terlaksana setelah datangnya
Rois yang katanya ngebut dari sekolah, setelah mendoakan pak selamet, kami
melanjutkan njenguk Om Hardi.
Hampir sangat malam ketika Rois akhirnya sadar bahwa ia sudah mengantuk. Dari arah rumah Om Hardi yang di Muntilan sebenernya gak butuh waktu lama untuk ke Godean dulu dan akhirnya pulang ke rumah masing-masing. Tapi dasarnya Rois emang waktu itu menyetir dengan sotoy, jadilah kepulangan kami agak sedikit nyasar. Setelah “atret” Rois jadi sangat penurut dan mendengar kata-kata navigator handal: Bufe. Akhirnya, dalam perjalanan pulang itu kami mengusahakan banyak hal dengan tujuan agar Rois tidak mengantuk selama menyetir. Usaha – usaha tersebut diantaranya tentang: menceritakan cerita lucu si John, pertanyaan tentang siapa sebenarnya pembuat selokan mataram, dan bagaimana trik menurunkan perempuan manja yang ada dalam mobil sampai menentukan perbedaan cowok pelit dan cowok gak punya duit *yang ternyata tetep aja bikin Rois ngantuk >’’<
Sebenarnya, postingan kali ini sekalian ingin berbagi beberapa hal kepada teman-teman tentang keutamaan menjenguk saudara yang sakit, karena memang momentnya pas banget . Let’s cekidot:
Menjenguk orang sakit adalah di antara amal shalih yang paling utama yang dapat mendekatkan kita kepada Alloh Subhannahu wa Ta’ala, kepada ampunan, rahmat dan SurgaNya. Mengunjungi orang sakit merupakan perbuatan mulia, di dalamnya terdapat keutamaan yang sangat agung, pahala yang sangat besar dan ia adalah salah satu hak setiap muslim terhadap muslim lainnya. (HR: Muslim).
Sesungguhnya menjenguk orang sakit adalah salah satu dari jalan surga. Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Siapa di antara kalian yang berpuasa di pagi ini?”
Abu Bakar menjawab, “Saya.”
Beliau bertanya, “Siapa di antara kalian yang sudah menjenguk orang sakit hari ini?”
Abu Bakar menjawab, “Saya.”
Beliau bertanya lagi, “Siapa di antara kalian yang telah menghadiri jenazah di pagi ini?”
Abu Bakar menjawab, “Saya.”
Beliau bertanya lagi, “Siapa di antara kalian yang telah memberi makan orang miskin di pagi ini?
Abu Bakar menjawab, “Saya”.
Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Tidaklah semua ini terkumpul dalam diri seseorang ekcuali pasti ia masuk surga.” (Dishahihkan oleh Al-Albani dalam al-Silsilah al-Shahihah, no. 88)
Sesungguhnya kita tidak tahu amal kita mana yang menjadi sebab utama datangnya rahmat bagi diri kita. Berapa banyak rahmat Allah dilimpahkan kepada seseorang karena amal-amal kecil yang dilaziminya. Karena itulah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Janganlah engkau remehkan kebaikan sekecil apapun itu, walau engkau bertemu saudaramu dengan wajah yang berbinar (menyenangkan).” (HR. Muslim dari Abu Dzar Radhiyallahu ‘Anhu)
Semoga tulisan ini menyemangati kita untuk menghidupkan akhlak mulia ini (menjenguk orang sakit) yang banyak diremehkan orang. Berusaha ikhlas dan berharap pahala dari Allah serta apa yang dijanjikan-Nya melalui lisan Nabi-Nya. Karena ikhlash adalah syarat diterimanya amal kebaikan seseorang dan menjadi penyempurna dari apa yang dilakukan. Semoga Allah meringankan langkah kita dalam menghidupkan sunnah Nabi-Nya dan merahmati kita dalam menggapai ridha dan surga-Nya. Wallahu T’ala a’la. So how? Tanyailah sahabat terdekat sahabat Sintesa semua, apabila ia menjawab bahwa ia atau keluarganya sedang ada yang sakit, segera beli duku sekilo, jeruk, apel, atau apapun yang disenanginya dan jenguklah kemudian doakanlah. Selamat berlomba dalam kebaikan. Keep in touch ^-^
Hampir sangat malam ketika Rois akhirnya sadar bahwa ia sudah mengantuk. Dari arah rumah Om Hardi yang di Muntilan sebenernya gak butuh waktu lama untuk ke Godean dulu dan akhirnya pulang ke rumah masing-masing. Tapi dasarnya Rois emang waktu itu menyetir dengan sotoy, jadilah kepulangan kami agak sedikit nyasar. Setelah “atret” Rois jadi sangat penurut dan mendengar kata-kata navigator handal: Bufe. Akhirnya, dalam perjalanan pulang itu kami mengusahakan banyak hal dengan tujuan agar Rois tidak mengantuk selama menyetir. Usaha – usaha tersebut diantaranya tentang: menceritakan cerita lucu si John, pertanyaan tentang siapa sebenarnya pembuat selokan mataram, dan bagaimana trik menurunkan perempuan manja yang ada dalam mobil sampai menentukan perbedaan cowok pelit dan cowok gak punya duit *yang ternyata tetep aja bikin Rois ngantuk >’’<
Sebenarnya, postingan kali ini sekalian ingin berbagi beberapa hal kepada teman-teman tentang keutamaan menjenguk saudara yang sakit, karena memang momentnya pas banget . Let’s cekidot:
Menjenguk orang sakit adalah di antara amal shalih yang paling utama yang dapat mendekatkan kita kepada Alloh Subhannahu wa Ta’ala, kepada ampunan, rahmat dan SurgaNya. Mengunjungi orang sakit merupakan perbuatan mulia, di dalamnya terdapat keutamaan yang sangat agung, pahala yang sangat besar dan ia adalah salah satu hak setiap muslim terhadap muslim lainnya. (HR: Muslim).
Sesungguhnya menjenguk orang sakit adalah salah satu dari jalan surga. Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Siapa di antara kalian yang berpuasa di pagi ini?”
Abu Bakar menjawab, “Saya.”
Beliau bertanya, “Siapa di antara kalian yang sudah menjenguk orang sakit hari ini?”
Abu Bakar menjawab, “Saya.”
Beliau bertanya lagi, “Siapa di antara kalian yang telah menghadiri jenazah di pagi ini?”
Abu Bakar menjawab, “Saya.”
Beliau bertanya lagi, “Siapa di antara kalian yang telah memberi makan orang miskin di pagi ini?
Abu Bakar menjawab, “Saya”.
Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Tidaklah semua ini terkumpul dalam diri seseorang ekcuali pasti ia masuk surga.” (Dishahihkan oleh Al-Albani dalam al-Silsilah al-Shahihah, no. 88)
Sesungguhnya kita tidak tahu amal kita mana yang menjadi sebab utama datangnya rahmat bagi diri kita. Berapa banyak rahmat Allah dilimpahkan kepada seseorang karena amal-amal kecil yang dilaziminya. Karena itulah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Janganlah engkau remehkan kebaikan sekecil apapun itu, walau engkau bertemu saudaramu dengan wajah yang berbinar (menyenangkan).” (HR. Muslim dari Abu Dzar Radhiyallahu ‘Anhu)
Semoga tulisan ini menyemangati kita untuk menghidupkan akhlak mulia ini (menjenguk orang sakit) yang banyak diremehkan orang. Berusaha ikhlas dan berharap pahala dari Allah serta apa yang dijanjikan-Nya melalui lisan Nabi-Nya. Karena ikhlash adalah syarat diterimanya amal kebaikan seseorang dan menjadi penyempurna dari apa yang dilakukan. Semoga Allah meringankan langkah kita dalam menghidupkan sunnah Nabi-Nya dan merahmati kita dalam menggapai ridha dan surga-Nya. Wallahu T’ala a’la. So how? Tanyailah sahabat terdekat sahabat Sintesa semua, apabila ia menjawab bahwa ia atau keluarganya sedang ada yang sakit, segera beli duku sekilo, jeruk, apel, atau apapun yang disenanginya dan jenguklah kemudian doakanlah. Selamat berlomba dalam kebaikan. Keep in touch ^-^
Berqurban
Alhamdulillah, shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad,
keluarga dan sahabatnya.
Menyembelih qurban adalah sesuatu yang disyari’atkan berdasarkan Al
Qur’an, As Sunnah dan Ijma’ (konsensus kaum muslimin).[1]
Namun apakah menyembelih tersebut wajib ataukah sunnah? Di sini para
ulama memiliki beda pendapat.
ang berpendapat seperti ini adalah Abu Yusuf dalam salah satu pendapatnya, Rabi’ah, Al Laits bin Sa’ad, Al Awza’i, Ats Tsauri, dan Imam Malik dalam salah satu pendapatnya. Di antara dalil mereka adalah firman Allah Ta’ala,
Yang menunjukkan wajibnya pula adalah hadits Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Pendapat kedua: Sunnah dan Tidak Wajib
Mayoritas ulama berpendapat bahwa menyembelih qurban adalah sunnah mu’akkad. Pendapat ini dianut oleh ulama Syafi’iyyah, ulama Hambali, pendapat yang paling kuat dari Imam Malik, dan salah satu pendapat dari Abu Yusuf (murid Abu Hanifah). Pendapat ini juga adalah pendapat Abu Bakr, ‘Umar bin Khottob, Bilal, Abu Mas’ud Al Badriy, Suwaid bin Ghafalah, Sa’id bin Al Musayyab, ‘Atho’, ‘Alqomah, Al Aswad, Ishaq, Abu Tsaur dan Ibnul Mundzir.
Di antara dalil mayoritas ulama adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
Hadits ini mengatakan, “dan salah seorang dari kalian ingin”, hal ini dikaitkan dengan kemauan. Seandainya menyembelih qurban itu wajib, maka cukuplah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “maka hendaklah ia tidak memotong sedikitpun dari rambut dan kukunya”, tanpa disertai adanya kemauan.
Begitu pula alasan tidak wajibnya karena Abu Bakar dan ‘Umar tidak menyembelih selama setahun atau dua tahun karena khawatir jika dianggap wajib[4]. Mereka melakukan semacam ini karena mengetahui bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri tidak mewajibkannya. Ditambah lagi tidak ada satu pun sahabat yang menyelisihi pendapat mereka. [5]
Dari dua pendapat di atas, kami lebih cenderung pada pendapat kedua (pendapat mayoritas ulama) yang menyatakan menyembelih qurban sunnah dan tidak wajib. Di antara alasannya adalah karena pendapat ini didukung oleh perbuatan Abu Bakr dan Umar yang pernah tidak berqurban. Seandainya tidak ada dalil dari hadits Nabi yang menguatkan salah satu pendapat di atas, maka cukup perbuatan mereka berdua sebagai hujjah yang kuat bahwa qurban tidaklah wajib namun sunnah (dianjurkan).
Namun sudah sepantasnya seorang yang telah berkemampuan untuk menunaikan ibadah qurban ini agar ia terbebas dari tanggung jawab dan perselisihan yang ada. Syaikh Muhammad Al Amin Asy Syinqithi mengatakan, “Janganlah meninggalkan ibadah qurban jika seseorang mampu untuk menunaikannya. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri memerintahkan, “Tinggalkanlah perkara yang meragukanmu dan ambil perkara yang tidak meragukanmu.” Selayaknya bagi mereka yang mampu agar tidak meninggalkan berqurban. Karena dengan berqurban akan lebih menenangkan hati dan melepaskan tanggungan. Wallahu a'lam.”[7]
Syarat Diwajibkan atau Disunnahkannya Qurban
Jika kita memilih pendapat wajib atau sunnah, ada beberapa syarat yang bisa jadi alasan seseorang diwajibkan atau disunnahkan untuk berqurban. Berikut syarat-syarat tersebut:
ang berpendapat seperti ini adalah Abu Yusuf dalam salah satu pendapatnya, Rabi’ah, Al Laits bin Sa’ad, Al Awza’i, Ats Tsauri, dan Imam Malik dalam salah satu pendapatnya. Di antara dalil mereka adalah firman Allah Ta’ala,
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
“Dirikanlah shalat dan berkurbanlah (an nahr).” (QS. Al
Kautsar: 2). Hadits ini menggunakan kata perintah dan asal perintah
adalah wajib. Jika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diwajibkan
hal ini, maka begitu pula dengan umatnya.[2]Yang menunjukkan wajibnya pula adalah hadits Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِّ فَلاَ
يَقْرَبَنَّ مُصَلاَّنَا
“Barangsiapa yang memiliki kelapangan (rizki) dan tidak
berqurban, maka janganlah ia mendekati tempat shalat kami.” (HR.
Ibnu Majah no. 3123. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)Pendapat kedua: Sunnah dan Tidak Wajib
Mayoritas ulama berpendapat bahwa menyembelih qurban adalah sunnah mu’akkad. Pendapat ini dianut oleh ulama Syafi’iyyah, ulama Hambali, pendapat yang paling kuat dari Imam Malik, dan salah satu pendapat dari Abu Yusuf (murid Abu Hanifah). Pendapat ini juga adalah pendapat Abu Bakr, ‘Umar bin Khottob, Bilal, Abu Mas’ud Al Badriy, Suwaid bin Ghafalah, Sa’id bin Al Musayyab, ‘Atho’, ‘Alqomah, Al Aswad, Ishaq, Abu Tsaur dan Ibnul Mundzir.
Di antara dalil mayoritas ulama adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
إِذَا رَأَيْتُمْ هِلاَلَ ذِى الْحِجَّةِ
وَأَرَادَ أَحَدُكُمْ أَنْ يُضَحِّىَ فَلْيُمْسِكْ عَنْ شَعْرِهِ
وَأَظْفَارِهِ
“Jika masuk bulan Dzulhijah dan salah seorang dari kalian ingin
menyembelih qurban, maka hendaklah ia tidak memotong sedikitpun dari
rambut dan kukunya.”[3]
Yang dimaksud di sini adalah dilarang memotong rambut dan kuku shohibul
qurban itu sendiri.Hadits ini mengatakan, “dan salah seorang dari kalian ingin”, hal ini dikaitkan dengan kemauan. Seandainya menyembelih qurban itu wajib, maka cukuplah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “maka hendaklah ia tidak memotong sedikitpun dari rambut dan kukunya”, tanpa disertai adanya kemauan.
Begitu pula alasan tidak wajibnya karena Abu Bakar dan ‘Umar tidak menyembelih selama setahun atau dua tahun karena khawatir jika dianggap wajib[4]. Mereka melakukan semacam ini karena mengetahui bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri tidak mewajibkannya. Ditambah lagi tidak ada satu pun sahabat yang menyelisihi pendapat mereka. [5]
Dari dua pendapat di atas, kami lebih cenderung pada pendapat kedua (pendapat mayoritas ulama) yang menyatakan menyembelih qurban sunnah dan tidak wajib. Di antara alasannya adalah karena pendapat ini didukung oleh perbuatan Abu Bakr dan Umar yang pernah tidak berqurban. Seandainya tidak ada dalil dari hadits Nabi yang menguatkan salah satu pendapat di atas, maka cukup perbuatan mereka berdua sebagai hujjah yang kuat bahwa qurban tidaklah wajib namun sunnah (dianjurkan).
فَإِنْ يُطِيعُوا أَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ
يَرْشُدُوا
“Jika kalian mengikuti Abu Bakr dan Umar, pasti kalian akan
mendapatkan petunjuk.”[6]Namun sudah sepantasnya seorang yang telah berkemampuan untuk menunaikan ibadah qurban ini agar ia terbebas dari tanggung jawab dan perselisihan yang ada. Syaikh Muhammad Al Amin Asy Syinqithi mengatakan, “Janganlah meninggalkan ibadah qurban jika seseorang mampu untuk menunaikannya. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri memerintahkan, “Tinggalkanlah perkara yang meragukanmu dan ambil perkara yang tidak meragukanmu.” Selayaknya bagi mereka yang mampu agar tidak meninggalkan berqurban. Karena dengan berqurban akan lebih menenangkan hati dan melepaskan tanggungan. Wallahu a'lam.”[7]
Syarat Diwajibkan atau Disunnahkannya Qurban
Jika kita memilih pendapat wajib atau sunnah, ada beberapa syarat yang bisa jadi alasan seseorang diwajibkan atau disunnahkan untuk berqurban. Berikut syarat-syarat tersebut:
- Muslim. Orang kafir tidak diwajibkan atau disunnahkan untuk berqurban karena qurban adalah bentuk qurbah (pendekatan diri pada Allah). Sedangkan orang kafir bukanlah ahlul qurbah.
- Orang yang bermukim. Musafir tidaklah wajib untuk berqurban. Ini bagi yang menyatakan bahwa berqurban itu wajib. Namun bagi yang tidak mengatakan wajib, maka tidak berlaku syarat ini. Karena kalau dinyatakan wajib, maka itu jadi beban. Jika dikatakan sunnah, tidaklah demikian.
- Kaya (berkecukupan). Ulama Syafi’iyah menyatakan bahwa qurban itu disunnahkan bagi yang mampu, yaitu yang memiliki harta untuk berqurban, lebih dari kebutuhannya di hari Idul Adha, malamnya dan selama tiga hari tasyriq juga malam-malamnya.
- Telah baligh (dewasa) dan berakal.[8]
Senin, 01 Oktober 2012
Hikmah Ramadhan
Momentum Ramadhan yang penuh dengan amalan, dari pagi hingga malam
hari, mau tidak mau, suka tidak suka, akan membuat seseorang untuk
istiqomah dalam hari hari selanjutnya.
Kita semua benar benar menjadi orang yang sibuk di bulan Ramadhan, bangun diawal hari untuk sholat malam dan sahur, di siang hari dihiasi dakwah dan tilawah, dan malam hari dihiasi tarawih dan tadarus, semuanya kita lakukan dalam sebulan penuh terus menerus.
Semangat beribadah kita begitu terpacu disaat bulan Ramadhan.
Nah, pada bulan berikutnya ketika semangat kita mulai melemah dan kita kelelahan, ada baiknya kita ingat kembali semangat kita ketika Ramadhan, untuk kemudian bangkit, dan meneruskan amalan dengan kembali bersemangat.
Kita semua benar benar menjadi orang yang sibuk di bulan Ramadhan, bangun diawal hari untuk sholat malam dan sahur, di siang hari dihiasi dakwah dan tilawah, dan malam hari dihiasi tarawih dan tadarus, semuanya kita lakukan dalam sebulan penuh terus menerus.
Semangat beribadah kita begitu terpacu disaat bulan Ramadhan.
Nah, pada bulan berikutnya ketika semangat kita mulai melemah dan kita kelelahan, ada baiknya kita ingat kembali semangat kita ketika Ramadhan, untuk kemudian bangkit, dan meneruskan amalan dengan kembali bersemangat.
Senin, 24 September 2012
Puisi untuk Ibu
IBU...rambutmu kini sudah mulai memutih
Kulitmu tak lagi kencang
Penglihatanmu tak lagi terang
Jalanmu kini sudah mulai goyang
Namun..apa yang terlihat
Semua itu tak pernah engkau rasakan
Semua itu tak pernah engkau pedulikan
Aku paham, semua itu demi anakmu
Sepanjang jalan engkau mengais rejeki
Sepanjang waktu engkau berhitung
Berapa laba kau dapat hari ini
Tuk membayar semua letihmu
Engkau tak lagi dapat membedakan
Mana siang, mana malam
Semangat mengalahkan gemetar kakimu
Dan segala rasa lelahmu
Ini semua...untuk siapa?
Hanya untuk anakmu
Anak yang engkau impikan menjadi orang hebat
Mencapai setumpuk asa
IBU...sampai kapanpun,
Anakmu tak kan pernah lupa
Atas semua jasa, do'a dan derita
Keringat yang engkau cucurkan
IBU...engkau sudah terlalu besar, berkorban
Hanya surga yang pantas membayar tulusmu
Hanya Tuhan yang pantas menjagamu
Dunia dan akherat...
Kulitmu tak lagi kencang
Penglihatanmu tak lagi terang
Jalanmu kini sudah mulai goyang
Namun..apa yang terlihat
Semua itu tak pernah engkau rasakan
Semua itu tak pernah engkau pedulikan
Aku paham, semua itu demi anakmu
Sepanjang jalan engkau mengais rejeki
Sepanjang waktu engkau berhitung
Berapa laba kau dapat hari ini
Tuk membayar semua letihmu
Engkau tak lagi dapat membedakan
Mana siang, mana malam
Semangat mengalahkan gemetar kakimu
Dan segala rasa lelahmu
Ini semua...untuk siapa?
Hanya untuk anakmu
Anak yang engkau impikan menjadi orang hebat
Mencapai setumpuk asa
IBU...sampai kapanpun,
Anakmu tak kan pernah lupa
Atas semua jasa, do'a dan derita
Keringat yang engkau cucurkan
IBU...engkau sudah terlalu besar, berkorban
Hanya surga yang pantas membayar tulusmu
Hanya Tuhan yang pantas menjagamu
Dunia dan akherat...
Langganan:
Postingan (Atom)